-->

Hot News

Realitas Politik, Pemilu dan Kesadaran Kolektif

By On Sabtu, Agustus 18, 2018

Sabtu, Agustus 18, 2018

Muhammad Gaus *)

JIKA kita berpikir realistis, maka lebih awal adalah mengakui bahwa kondisi perpolitikan di negara kita sangat memprihatinkan. Dengan mengakui hal itu, barulah kita sedikit sadar ada banyak hal yang harus dibenahi. 

Pertanyaannya apa yang perlu dibenahi dengan perpolitikan di negeri ini? Jawabnya sederhana saja, perpolitikan di Indonesia menyisahkan PR besar, terutama kesadaran politik dalam artian politik yang seharusnya, karena politik tidak hanya berbicara individu tetapi bagaimana mencapai kesejahteraan bersama. Hal tersebut adalah asumsi klasik yang kadang terlupakan di dalam proses kegiatan politik sehingga kita tidak heran ketika timbul hal-hal yang tidak relevan dengan marwah politik itu sendiri. 

Jadi pada dasarnya masalah seperti ini timbul dari cara kita menjalankan sitem yang berlaku. Misalanya tentang Pemilu. Dewasa ini Pemilu adalah parameter demokrasi, meskipun tidak bisa secara otomatis menjadi parameter yang valid untuk mengukur kualitas demokrasi. Banyaknya keganjalan yang terjadi dalam proses Pemilu, misalnya politik uang, sampai pada kejenuhan pemilih terhadap proses demokrasi lima tahun yang tidak membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat serta krisis kepercayaan pemilih yang melanda bangsa ini. Artinya sangat jarang yang mencoba melihat latar belakang, skil, dan sebagainya sebelum menentukan pilihan kepada salah satu calon dalam setiap pemilihan.

Sudah 73 tahun Indonesia merdeka dan kurang lebih 20 tahun reformasi. Yang dulunya dianggap sebagai awal dari kebangkitan bangsa ini akan tetapi sepertinya kita hanya jatuh pada lubang yang sama. Indikatornya ketika masa reformasi saat ini banyak diwarnai dengan perebutan kekuasaan yang tidak sehat. Aktor serta kendaraan politiknya (Parpol) hanya terfokus pada tujuan mendapatkan kekuasaan dengan melupakan fungsi-fungsi vital lainnya yang bisa berpengruh secara signifikan terhadap permasalahan yang saya sebutkan di awal. Dalam hal ini, fungsi pendidikan politik yang arahnya kemasyarakat dengan tujuan mereka punya pengetahuan politik yang memadai terutama bagi mereka yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan. 

Bahwa ralitas politik hari ini menyuguhkan hidangan soal partai politik yang tidak punya ideologi yang jelas, tidak konsisten dan selalu diselimuti nafsu kuasa ditandai dengan begitu mudahnya orang mendirikan partai dan begitu mudahnya pindah partai bagi mereka yang kalah bersaing di partai sebelah. Realitas seperti ini tentu akan berpengarruh terhadap interpretasi masyarakat terhadap makna politik itu sendiri, sebab prilaku manusia yang penulis pahami  banyak dipegaruhi oleh stimulus yang berada di luar dirinya. 

Perlu kiranya ada upaya yang serius dan intens untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat melalui pendidikan politik yang berkelanjutan. Dan saya kira setiap elemen punya tanggung jawab terhadap hal ini seperti pemerintah, parpol, serta mahasiswa dan sebagainya harus turut andil dalam permasalahan.

Yang kita inginkan hari ini adalah kesadaran kolektif masyarakat dalam memaknai politik dalam arti yang sebaik-baiknya, tentu hal ini tergantung pada semua elemen yang saya sebutkan, dan terkhusus buat aktor depan layar yang setiap hari menjadi tontonan masyarakat umum. Pemaknaan masyarkat terhadap politik sangat tergantung pada apa yang anda lakukan hari ini dan esok hari.

Jadi pada kesimpulannya kesadaran politik sangat diperlukan di dalam berbangsa dan bernegara agar kiranya masyarkat mengetahui hak dan kewajibannya sehingga perpolitikan di negara kita semakin tertata yang dampaknya sangat besar tentunya terhadap kemajuan bangsa. 

Dirgahayu republik Indonesia  ke 73. Jayalah negeriku. 

*) Mahasiswa FISIP Unhas Mahassar

comments