-->

Hot News

Angka Kemiskinan Meningkat, Sekkab Mateng Ajak OPD Menyusun Rencana Strategis.

By On Senin, Juli 29, 2019

Senin, Juli 29, 2019

Sekkab Mateng H Askary Anwar pimpin rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan di daerah, di ruang rapatnya, Senin (29/7/2019). (Foto Yasin: Humas Setda Mateng)
  
MATENG, MASALEMBO.COM -- Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Mamuju Tengah, H Askary Anwar meminta pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sekiranya program untuk tahun 2020, bersentuhan langsung dengan kegiatan penanggulangan kemiskinan.

Itu dimaksud agar manfaat program benar-benar dapat dirasakan masyarakat. Demikian ditegaskan Askary saat memimpin rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan, di ruang rapatnya, Senin  (29/7).

Ia menyatakan, setiap program perlu dievaluasi guna meninjau kebijakan yang telah dikeluarkan. Benarkah kegiatan tersebut sudah tepat sasaran. Benarkan sudah selaras dengan program kemiskinan. Serta sejauh mana penurunan angka kemiskinan yang telah dicapai.

"Semua ini akan menjadi penilaian pemerintah pusat terhadap daerah," katanya.

Olehnya program penanggulangan kemiskinan harus dicombine atau digabungkan dengan RPJMD, dan rencana strategis (Renstra) OPD setiap tahun. Termasuk RKPD pemerintah.

Askary menyatakan, kedepan target yang akan dicapai dibawah angka 6,73 persen. Olehnya seluruh kegiatan program harus jelas sasarannya. Bidik sasaran yang tepat, sehingga program yang diluncurkan tahun depan, memiliki pengaruh besar pada penurunan angka kemiskinan.

Kepala Bappeda Mateng Ishaq Yunus menyebutkan, rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan ini bertujuan menata program untuk 2020. Sehingga sasaran kedepan benar-benar tepat. Terutama pada masyarakat yang tingkat kemiskinannya sangat rendah.


Ishaq menjelaskan, berdasarkan tinjauan hasil data, ternyata angka kemiskinan di daerah ini mengalami peningkatan. Olehnya dibutuhkan evalusi terhadap program yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang dianggap kurang strategis, perlu diperbaiki.

"Kita ingin program yang diluncurkan seluruh OPD, berkaitan dengan indikator kemiskinan," ungkapnya.

Ishaq menyebut, lima dari 6 indikator strategis trennya positif. Seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka, gini rasio, dan IPM, telah menunjukkan perkembangan. Tetapi variabel terhadap presentase penduduk miskin, masih ketegori buruk. Olehnya kegagalan ini membutuhkan kerjasama yang baik bagi seluruh OPD.

"Kerjasama ini sangat dibutuhkan agar angka kemiskinan pada tahun 2020, dapat kita tekan," ungkapnya. 

Kepala BPS Mamuju Wisman Nainggolan mengatakan, kemiskinan bisa terjadi lantaran daya beli masyarakat menurun. Sementara kemampuan daya beli masyarakat rendah disebabkan pendapatan mereka tidak naik, atau begitu-begitu saja. Bisa juga daya beli menurun karena adanya inplasi. "Misalnya harga naik sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar," papar Wisman.

Kemiskinan itu, sambung Wisman, harus dipandang dari ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi. Ukuran garis kemiskinan akan dilihat dari nilai kalori setiap hari. Setiap orang membutuhkan kalori 2.100 kilogram. Itu akan dinilai dengan rupiah nanti.

"Nah kalau ada seseorang yang pendapatannya, pengeluarannya, komsumsinya, tidak sampai 2.100 kilo kalori dalam sehari, itu berarti kehidupannya dibawah garis kemiskinan. Kategori seperti ini bisa saja bertambah dan bisa juga berkurang," jelasnya. (jml/riz) 



comments