-->

Hot News

Fenomena Tanah Amblas di Desa Pidara, Wabup Mamasa Kordinasi BMKG Majene

By On Sabtu, Agustus 20, 2022

Sabtu, Agustus 20, 2022

Wakil Bupati Mamasa Marthinus Tiranda saat melakukan kunjungan ke Desa Pidara. Ia memantau fenomena tanah amblas yang saat ini membuat warga resah. [masalembo.com/ist]



MAMASA, MASALEMBO.COM - Pemerintah Kabupaten Mamasa Sulbar menyampaikan keprihatinannya atas fenomena tanah amblas yang terjadi di Desa Pidara, Kecamatan Balla. Fenomena tersebut terjadi sepekan lalu dan masih menghantui warga di sana. 

Bencana ini mengakibatkan 15 rumah rusak dan sebanyak 19 kepala keluarga (KK) harus mengungsi. 11 KK mengungsi ke rumah keluarga dan 8 KK mengungsi di tenda darurat. 

Wakil bupati Mamasa Martinus Tiranda mengatakan, Pemerintah Daerah tidak akan diam melihat fenomena tersebut. Namun pihaknya akan melakukan berbagai hal untuk mengatasi masalah itu.

"Sebagai langkah awal penanganan bencana ini, Dinas Sosial telah mendirikan dua tenda lapangan yang menampung sementara keluarga kita yang terdampak," kata Marthinus saat melakukan kunjungan ke lokasi, Jumat (19/8/2022).

Dikatakan, Dinas Sosial juga telah melakukan pendataan untuk kepentingan bantuan logistik. "Kita berupaya secepatnya disalurkan," ucapnya. 

Marthinus menjelaskan, disamping menunggu penanganan darurat oleh Pemda, juga telah dilakukan gotong-royong membongkar dan memindahkan beberapa rumah yang masih bisa diselamatkan. 

Pemda Mamasa kata dia, mengapresiasi kehadiran TNI-Polri dalam aksi gotong-royong tersebut.

"Khusus kepada Bapak Dandim 1428 Mamasa, Bapak Letkol Inf Stevi Palapa yang secara langsung ikut membantu warga dari tiga desa di Balla, memindahkan rumah warga," kata Marthinus.

Berkaitan dengan bencana ini, tentu Marthinus mengaku telah berkoordinasi dengan BMKG Stasiun Majene untuk menganalisis penyebab fenomena tanah amblas itu. Jika dari hasil analisis BMKG dan mengharuskan agar kampung Pidara dikosongkan, maka pihaknya akan berembuk bersama tokoh adat untuk merelokasi ke tempat yang lebih aman. 

"Tentu ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan jika memang diharuskan dilakukan relokasi. Seperti pertimbangan masalah tradisi dan adat atau kebiasaan orang tua kita," kata Marthinus.

Marthinus mengimbau agar masyarakat khusunya warga Desa Pidara agar tetap waspada terhadap kemungkinan terburuk dari fenomena alam ini. "Kita tidak tahu kapan musibah akan datang, olehnya itu, mencegahnya adalah cara yang paling baik," pungkasnya.

comments