-->

Hot News

Masuknya Islam di Pitu Ulunna Salu (02): Jalur yang Dilalui

By On Selasa, Februari 27, 2024

Selasa, Februari 27, 2024

Jalur dari pesisir ke pedalaman Ulumandaq di Kabiraan, gambar rekam pada Jumat, 23 Februari 2024. (Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin)


Penulis: Muhammad Ridwan Alimuddin

SULIT untuk mengetahui jalur utama yang digunakan pensyiar Islam ke pedalaman. Ada beberapa jalur kuno yang dulu jamak digunakan menuju pedalaman. Yang dimaksud jalur kuno adalah jalur yang bukan dirintis oleh pemerintah Hindia Belanda, tapi oleh masyarakat lokal. Tak mudah membedakannya karena kadang jalur lokal yang dulu dibuat masyarakat, belakangan itu yang dikembangkan (diperlebar, dibuat tambah panjang dan menggunakan bahan aspal, cor).

Supaya lebih mudah, jalan utama trans Sulawesi Barat yakni Polewali - Mamasa - Mambi - Aralle - Mamuju (atau sebaliknya) saya abaikan dulu sebagai jalur kuno (meski di beberapa bagian adalah jalur kuno di pedalaman). Di luar jalur di atas, ada beberapa opsi untuk masuk ke pedalaman Pitu Ulunna Salu. Pertama lewat Matangnga (Polman) ke Passembuk, yang masuk wilayah Kecamatan Mehalaan, Kabupaten Mamasa. Dulunya masuk wilayah Kecamatan Mambi. Mehalaan berbatasan Kecamatan Mambi dan Rantebulahan Timur di utara, Kecamatan Tanduk Kalua (Mamasa) di timur, selatan dengan Kabupaten Polman dan barat dengan Kabupaten Majene. Berdasar adanya situs berkaitan Islam di Matangnga dan informasi masyarakat setempat (saya bersepeda melalui rute ini pada 18 Maret 2022), dan referensi, bisa dipastikan jalur ini adalah salah satu jalur masuknya Islam ke Pitu Ulunna Salu.

Untuk menuju Matangnga sendiri dari pesisir juga ada beberapa jalur. Bisa lewat Tapango dan lewat Bulo. Sedang untuk menuju Bulo, bisa lewat Wonomulyo dan bisa dari Tuqbi Taramanu (Tutar). Dan untuk menuju Tutar pun bisa dari Mapilli, Luyo dan dari beberapa kampung di pedalaman Polewali Mandar yang lain. Misal rute tahap awal Ekspedisi Ulumandaq saya menempuh rute Pambusuang - Mapilli - Tuqbi - Piriang - Besoanging - Bulo-bulo - Tibung - Puppuquring - Alu - Tinambung - Pambusuang.

Bulo-bulo dan Tibung (dua kampung yang masuk wilayah Kabupaten Polewali Mandar) bisa didatangi dari arah pantai barat atau dari Majene, khususnya dari beberapa kampung yang masuk wilayah Kecamatan Sendana. Misalnya lewat Limboro dan Manyamba. Bisa juga masuk lewat utara, yakni dari wilayah Kecamatan Ulumandaq, yaitu Salotambung - Kabiraan - Taukong - Kolehalang - Tasambulang - Besoanging.

Adapun jalur langsung ke pedalaman kalau dari Ulumandaq adalah Salotambung - Kabiraan - Paku - Seppong - Ulumandaq - Urekang. Dari Urekang ini bisa ke Kota Mambi dan akan dilalui Talipukki, tempat adanya situs berkaitan Islam, “Kuqbuq Tosalamaq”. Ada juga jalur lewat Kecamatan Tappalang, melalui Bela - Kopeang - Tabulahang. Hanya saja jalur tersebut (yang belum pernah saya lalui) sepertinya tidak “seramai” jalur yang saya tuliskan sebelumnya. Hal lain belum ada informasi adanya situs berkaitan Islam di jalur tersebut dan “ujung” jalur tersebut di Ulunna Salu yakni Tabulahan adalah masyarakat yang dominan menganut agama Kristen. Berbeda dengan jalur sebelumnya yang koridor hingga ujungnya menganut agama Islam.

Sewaktu bermalam di Pasembuk (Mehalaan), saya tinggal di rumah imam mesjid setempat. Dia menginformasikan bahwa pengaruh Imam Lapeo sampai ke sana. Itu juga menjadi alasan kenapa dulunya anak-anak di situ dipondokkan di Lapeo untuk belajar agama Islam.

Dulu warga Pasembuk banyak memasarkan hasil buminya di Kappung Jawa, Wonomulyo. Mereka ke sana berjalan kaki dan menggunakan kuda beban “saeyyang pattekeq” sebagai pembawa bawaan berat. Jalur yang biasa dilalui Pasembuk - Matangnga - Tapua - Tapango - Wonomulyo. Nanti dari Wonomulyo pakai bendi ke Lapeo di Campalagian. Baik untuk berziarah ke Imam Lapeo maupun mengantar anak atau membawakan bekal buat anak-anak mereka yang menuntut ilmu di sana (*)

BERSAMBUNG.

comments