-->

Hot News

2 Tahun Berlalu, Pembunuhan Sadis Kades Botteng Belum Juga Terungkap

By On Selasa, Februari 06, 2018

Selasa, Februari 06, 2018

Polisi menggali kubur almarhum Ahmad Taslim untuk melakukan outopsi (Foto: dok masalembo.com)
MAMASA, MASALEMBO.COM- Malam itu, Kamis (19/5) cuaca yang dingin menyelimuti Desa Botteng, Kecamatan Mehalaan. Di ujung desa, di salah satu dusun tengah dilaksanakan hajatan lamaran anak gadis salah seorang warga. Nampak hadir keluarga besar sang gadis, termasuk pemerintah desa setempat.

Siapa sangka, ternyata malam tersebut menjadi malam terakhir bagi kakek berusia 50 tahun lebih, Ahmad Taslim yang juga merupakan Kepala Desa Botteng.

Pagi hari, Jumat (18/5) sekitar pukul 6:30 Wita, Ahmad Taslim ditemukan sekarat dan tak berdaya ditepi jalan yang menghubungkan Dusun Salubiru dan Dusun Botteng. Kedua dusun ini masih berada dalam wilayah Desa Botteng. Sang Kades didapati dengan kondisi berlumuran darah yang keluar dari mulut dan kepalanya.

Salah seorang anak almarhum, Wahyuandi Taslim saat ditemui awak media ini di rumahnya, Selasa (5/2) tampak dengan raut kesedihan masih terpancar jelas di wajah. Ia mulai menuturkan ihwal kematian ayahnya.

"Awalnya, keluarga menyangka bapak jatuh dari motornya, namun berbagai kejanggalan yang ditemukan di tubuh korban, hingga mengundang pertanyaan," katanya mengawali cerita.

Ia lanjut menuturkan, almarhum langsung dibawa warga ke rumah bidan terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama, yang selanjutnya korban dibawa ke RS Kondosapata' Mamasa agar mendapatkan perawatan yang intensif. "Tapi melihat kondisi bapak yang sangat parah, pihak rumah sakit langsung merujuknya ke RS umum Polewali Mandar, yang selanjutnya oleh RS Polewali Mandar bapak kembali dirujuk ke RS Wahidin Makassar," lanjutnya.

Nampak, titik-titik air mata mulai memenuhi bola mata Wahyu saat mengatakan tepat 22 Mei 2016, Ahmad Taslim menghembuskan nafas terakhirnya di RS Wahidin Makassar.

"Keluarga tidak yakin saat itu bapak jatuh dari motor dengan kondisi separah itu, terlebih banyak kejanggalan di tubuh. Setelah bapak dimakamkan kami langsung melaporkan kejadian itu ke Polsek Mambi," katanya sambil menyeka air mata.

Ia menjelaskan, berdasarkan pengakuan warga yang pertama kali menemukan korban, sepeda motor yang korban gunakan dalam keadaan posisi standar. Sedangkan sandal yang dipakai almarhum ditemukan di atas jembatan, bahkan peci atau kopiah milik korba terjepit rapih diatas keranjang motor.

"Yang paling aneh, kalau bapak jadi korban kecelakaan tunggal, tentu motornya minimal terjatuh. Terus kenapa mesti gigi bapak habis tercabut tanpa ada ciri benturan di bagian bibir. Dan hal yang paling menyedihkan lidah bapak terpotong seakan ada yang sengaja mengirisnya," jelasnya.

Dikatakan lebih lanjut, saat menerima laporan, Polsek Mambi melimpahkan laporan tersebut ke Polres Mamasa, sehingga kelanjutan penyelidikan dilakukan pihak Polres Mamasa.

Wahyu yang juga merupakan wartawan salah satu media cetak lokal menjelaskan, saat ditangani Polres, penyidik meminta agar dilakukan proses outopsi untuk memastikan penyebab kematian almarhum Ahmad Taslim. Keluarga korban menyetujui hal itu.

"Tanggal 2 September 2016 dilakukan outopsi dengan membongkar kembali kubur bapak. Hasil pemeriksaan tim forensik Polda Sulbar yang mengoutopsi korban menyatakan bahwa ditemukan adanya indikasi penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia," lanjutnya menjelaskan.

Usai dioutopsi, saat itu pihak keluarga mencoba meminta penyidik untuk memperlihatkan hasil otopsi, namun pihak Polres Mamasa menolak permintaan keluarga korban.

Sejak saat itulah, sudah sekitar dua tahun berlalu keluarga korban masih terus berupaya mencari keadilan siapa sebenarnya yang tega menganiaya hingga almarhum tewas secara sadis. "Saya selaku anak korban mewakili keluarga telah berulang kali menanyakan perkembangan kasus dugaan pembunuhan bapak ke Polres Mamasa, namun sampai hari ini tidak ada kejelasan jawaban yang disampaikan ke keluarga korban," terang Wahyu.

Ia menambahkan bahkan keluarga korban telah melaporkan kasus dugaan pembunuhan tersebut ke Ombudsman Perwakilan Sulbar dengan laporan kasus kematian almarhum Ahmad diduga "macet" di penyidik Polres Mamasa.

"Kami sudah ihklas atas kematian bapak, kami hanya butuh keadilan. Sederhana saja pinta kami keluarga korban, ungkap siapa sesungguhnya aktor intelektual yang menyebabkan almarhum meninggal," tambahnya.

Hingga berita ini dirilis, belum ada keterangan dari pihak Kepolisian setempat. 

Berikut keterangan pihak Polres Mamasa Polres Mamasa Angkat Bicara Soal Kasus Dugaan Pembunuhan Kades Botteng. (klp/har)

comments