-->

Hot News

Tamerimbi, Kampung Tua di Kecamatan Ulumanda yang Porak-poranda

By On Jumat, Januari 22, 2021

Jumat, Januari 22, 2021

Tampak gedung SD 19 Tamerimbi masih kokoh berdiri namun penuh retak tak layak pakai. (Foto: istimewa/masalembo.com)


MAJENE, MASALEMBO.COM - Gempabumi bermagnitudo 5,9 dan 6,2 yang mengguncang Sulawesi Barat pada 14-15 Januari 2021 telah menyisahkan banyak duka. Selain korban jiwa ratusan rumah rusak bahkan rata dengan tanah. Tak hanya itu ratusan orang mengalami luka dan ribuan lainnya mengungsi.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 21 Januari 2021, sebanyak 91 orang dilaporkan meninggal dunia dan tiga orang hilang, 253 mengalami luka berat dan 240 luka sedang, 679 luka ringan dan 9.910 jiwa mengungsi.

Artikel ini akan mengulas salah satu titik terdampak gempa paling parah di Sulbar. Titik ini paling dekat dengan episentrum gempa 5,9 dan 6,2 magnitudo, yaitu kampung Tamerimbi.

Kampung Tamerimbi terletak di sebuah lereng gunung di Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene. Daerah ini berada di arah Timur Laut kota Kabupaten Majene. Berjarak sekitar 102 Kilometer dari Banggae, pusat kota Majene dan sekira 75 Kilometer arah Tenggara Mamuju, pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat.

Tamerimbi adalah satu dari 13 kampung tua di Kecamatan Ulumanda. Di seblah timur kampung ini terdapat 3 sumber mata air yang semuanya mengarah atau mengalir ke sungai Malunda. 

Sesaat setelah gempa 6,2 magnitudo pada 15 Januari lalu, telah terjadi longsor yang menutup sumber mata air itu. Tiga sumber mata air sempat tertampung kemudian akhirnya jebol dan menyebabkan banjir bandang yang menghantam perkampungan ini. Kondisi ini membuat kampung Tamerimbi hancur.

Sebuah rumah warga Tamerimbi hancur diguncang gempa 6,2 magnitudo. (Foto: istimewa/masalembo.com)


"Jadi daerah ini tidak hanya diguncang gempa tapi juga dihantam longsor dan banjir bandang," kata Andra, salah seorang tokoh pemuda setempat, Jumat (22/1/2020).

Porak-poranda

Sedikit tentang Tamerimbi, Pemerintah Desa Kabiraan seiring kian pesatnya jumlah penduduk dan dilandasi harapan pendekatan layanan publik kepada masyarakat telah membagi kampung ini menjadi empat dusun. Masing-masing adalah Dusun Tamerimbi, Tamerimbi Barat, Tamerimbi Utara dan Dusun Kampung Baru. Namun sangat miris kampung berpenghuni ratusan jiwa ini bak kampung mati seolah tak lagi ada kehidupan di sana.

Berdasarkan pantuan dan informasi masyarakat, sekitar 80 persen warga kampung ini telah meninggalkan rumah. Kecuali warga Dusun Kampung Baru yang sedikit lebih beruntung tidak disapu longsor, warga tiga dusun semuanya mengungsi. Mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian di sebuah lapangan sepak bola tak jauh dari kampung tersebut. Mereka tidur di tenda-tenda pengungsian seadanya, tak berani pulang ke rumah kecuali hanya menegok hunian mereka yang kini hancur di siang hari.

"Kita tidak mungkin tinggal lagi di rumah karena sudah hancur rata dengan tanah, kalau siang kadang kita ke sana (kampung) liat-liat kondisi rumah, tapi malam kembali ke tenda," ujar Andra, warga Dusun Tamerimbi Barat ini.

Koresponden masalembo.com telah menelusuri kampung ini dan menemukan setidaknya 51 rumah rata dengan tanah. Masih ada 59 rumah tampak kokoh namun sesungguhnya begitu rapuh, retak dan tak layak huni lagi. Di sana juga terdapan puluhan rumah kayu yang masih utuh dan layak huni, namun penghuninya takut terjadinya gempa susulan yang dapat menyebabkan longsor menyeret rumah-rumah kayu itu.

Posisi kampung Tamerimbi yang berada di lereng gunung dan dekat sumber mata air yang membuat warga trauma tinggal di rumah. Di siang hari mereka masih berani tetapi di malam hari tak mungkin karena takut ketika tertidur hal yang tak diinginkan seperti longsor terjadi.

"Kita tidak tahu harus bagaimana lagi Pak, semua sudah hancur," Ha'dong, seorang warga yang tampak sangat sedih ditemui di lokasi pengungsian, Kamis (20/1/2021).


Masjid Istiqamah Tamerimbi pasca gempa dan banji bandang menghantam daerah ini. (Foto: istimewa/masalembo.com)


Ha'dong tak kuasa menahan kesedihan menyaksikan kampung kelahirannya porak-poranda. Bicara soal kebutuhan hidup ia mengaku hanya bisa berharap bantuan dari luar. Maka setiap hari dirinya hanya menunggu ada orang baik atau relawan yang sudih mengantarkan logistik untuk bertahan dari rasa lapar.

Tak hanya Ha'dong warga lainnya Jaria hanya bisa berharap bantuan makanan dari luar. Namun jika Ha'dong masih bisa keluar mencari bahan makanan maka Jaria bisanya cuma pasrah menunggu. Usianya tak lagi muda dan tak mungkin lansia perempuan ini turun ke poros (Salutambung) mencari logistik.

"Kalau ada yang kasih nak ya alhamdulillah," kata Jaria yang mengaku sudah mendapat beberapa bungkus Mie Instan sejak gempa melanda dan memaksanya mengungsi.

Krisis Air Bersih dan Sarana MCK

Nasib Ha'dong, Jaria dan ratusan jiwa warga Tamerimbi yang tinggal di tenda pengungsian tak berlebih jika kita sebut cukup menyayat hati. Sebanyak 120 Kepala Keluarga (KK) harus menghadapi masa-masa sulit di bawa tenda seadanya di sana. Jikalau hujan mereka basah, terik mentari juga menyengat mereka hingga berpeluh, belum lagi getaran-getaran gempa yang kerap masih dirasakan.

Ada delapan bayi dan 19 balita yang sementara tinggal di dalam tenda pengungsian di lapangan sepak bola Tamerimbi. Selain itu terdapat 17 orang lanjut usia (lansia). Mereka kesulitan mendapatkan air bersih dan tak punya sarana MCK.

"Di sini sudah tidak beraturan, kita masing-masing urusi diri kita sendiri karena tidak punya dapur umum," ungkap Andra.

Untuk keperluan masak dan mencuci pakaian, mereka mengandalkan sumber mata air dalam hutan yang terdekat ke pengungsian. Demikian juga untuk buang air besar, ke dalam hutan atau lebih kasarnya di sembarang tempat.

"Kalau BAB ya sekitaran pengungsian, ya sembarang mami," kisah Andra.

Andra tampak tak begitu tahu sistem pengelolaan pengungsi di kampungnya itu. Tapi yang dia lihat, siapa yang kuat pergi cari logistik maka itu yang dapat makan. "Memang penanganannya tidak satu pintu, dan sampai hari ini keluhan mereka adalah pemerataan logistik," pungkas Andra. (Har/Red)


Note: Masalembo.com telah melakukan aksi penggalangan dana untuk perbaikan masjid Istiqamah Tamerimbi, klik tautan Bantu warga Tamerimbi kembalikan masjid mereka untuk menyalurkan donasi terbaik Anda. 























comments