-->

Hot News

Ribuan Orang Meyusuri Lorong Peradaban di Arena Celebes Heritage Festival

By On Sabtu, Desember 16, 2023

Sabtu, Desember 16, 2023

Penggagas "Lorong peradaban" Muhammad Ridwan Alimuddin memberi penjelasan kepada pengunjung, Sabtu (16/12) sore. [Gie/masalembo.com]


MAJENE, MASALEMBO.COM - Ribuan orang mengeksplorasi stand "lorong peradaban" di arena Celebes Heritage Festival (CHF) di Stadion Prasamya Mandar Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.

Sejak dibuka 10 Desember lalu, lorong peradaban di CHF Majene menjadi pusat sorotan. Tiap hari sesak pengunjung, ribuan orang diperkirakan telah menyusuri lorong tersebut. Di sini sebuah stand atau venue yang memvisualisasikan jejak peradaban manusia di Sulawesi.

Muhammad Ridwan Alimuddin, seorang budayawan, peneliti arkeolog, penulis, dan jurnalis freelance, memimpin inisiatif lorong peradaban ini, menghadirkan rekam jejak sejarah dalam lima masa berbeda.

"Lorong peradaban ini memperlihatkan perjalanan nenek moyang kita dari 40 ribu tahun lalu hingga zaman pelayaran atau zaman perahu," kata Ridwan saat ditemui, Sabtu (16/12).

Ridwan menjelaskan masa 40 ribu tahun silam di bagian pertama lorong peradaban ditampilkan lukisan tentang batu cadas yang ditemukan di Kabupaten Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Muhammad Ridwan Alimuddin memperlihatkan proses pengerjaan besi, teknologi zaman metalurgi ini juga dilakukan masyarakat Majene. [Gie/masalembo.com]


Pengunjung lalu diajak ke bagian kedua di masa neolitik di Kalumpang. Itu situs terluas di Asia, tempat nenek moyang bermigrasi dari China Selatan sekira 5.000 atau 6.000 tahun lalu. Mereka memulai perjalanan dari Taiwan atau China Selatan, melintasi Filipina, Sulawesi Utara hingga mencapai Kalumpang.

"Di Kalupang mereka mengembangkan peradaban khususnya pertanian," ujar Ridwan.

Ridwan menegaskan, banyak pecahan-pecahan menyerupai alat-alat pertanian ditemukan yang memberi dukungan sehingga para arkeolog mengatakan hal demikian.

Selanjutnya, di ruang ketiga di lorong peradaban adalah zaman megalitik. Kebetulan di Salabose, Kecamatan Banggae Timur juga ditemukan situs megalitik. Itu serupa dengan megalitik di tempat lain di kawasan Austronesia; Sulawesi Tengah, Sulsel bahkan di Australia.

Kemudian di ruang atau bagian keempat adalah zaman atau masa metalurgi, yaitu pengelolahan unsur-unsur logam, misalnya pegolahan besi. Ridwan memperlihatkan salah satu teknologi metalurgi yang juga ada di Majene, yakni pandai besi. Visualisasi dilakukan melalui video dan alat tradisionalnya ditampilkan dalam ruangan yang bisa dilihat langsung para pengunjung.

Selanjutnya di ruang kelima dari lorong peradaban masa pelayaran. Di sini dipamerkan sejumlah perahu kuno dan tradisional. Ada perahu sandeq, baggo, pajala, lambo, late dan padewakang. Sayang sekali semua perahu itu sudah punah kecuali sandeq.

Muhammad Ridwan Alimuddin memperlihatkan replika sejumlah perahu kuno dan tradisional di lorong peradaban. [Gie/masalembo.com]


Ridwan mengatakan, antusiasme pengunjung sangat tinggi dengan hadirnya lorong peradaban ini. Dia perkiraan 2000 hingga 3000 orang berkunjung. Mereka beragam lapisan masyarakat; pelajar, mahasiswa, hingga akademisi/dosen.

Santi, salah seorang pengunjung dari Rangas Majene, mengaku terpikat dengan lorong peradaban ini dan berharap untuk melihat lebih banyak peninggalan sejarah di masa mendatang.

Basri juga demikian, ia memberikan dukungan serupa, dan berharap penambahan konten langsung terkait pengelolaan besi serta video yang lebih informatif.

Dosen linguistik dari Unsulbar, Rusdia menyambut baik pengalaman menelusuri lorong peradaban ini. Ia mengaku melihatnya sebagai peluang untuk menyelidiki penyebaran bahasa dalam konteks sejarah yang belum terungkap sepenuhnya.

"Saya tertarik karena kita di bawah ke masa lalu, di masa yang kita belum ketahui, di sini saya mencari jejak perkembangan bahasa," ucap Rusdia.

Kata dia, kehadiran lorong peradaban ini tidak hanya memikat warga sekitar, tetapi juga membangkitkan minat dan rasa ingin tahu akan sejarah Sulawesi pada berbagai kalangan, menjadi jendela unik menuju masa lalu yang kaya akan pengetahuan. (Har/red)

comments