-->

Hot News

Tertangkap, Buaya yang Tewaskan Devi ternyata Ompong

By On Jumat, Mei 15, 2020

Jumat, Mei 15, 2020

Menangkap buaya. Warga yakin buaya itu penyebab kematian Devi, warga Desa Sebamban Kampung, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. (Adi Putra/Masalembo.com)


TANAHBUMBU, MASALEMBO.COM - Pada Senin (11/5/2020) lalu warga Tanah Bumbu digemparkan oleh berita tentang kematian Devi (17 tahun). Gadis muda yang tewas diterkam buaya di Sungai Sembamban, Desa Sebamban Kampung, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. 

Devi tewas setelah dirinya diterkam buaya dan diseret sejauh 50 meter dari lokasi ia berenang di pinggir sungai Sebamban bersama dua orang temannya. Untung, jasadnya masih bisa diselamatkan setelah beberapa jam dilakukan pencarian oleh keluarga dan masyarakat sekitar dengan menggunakan jasa pawang buaya.

Setelah tragedi itu, Pemerintah Desa Sebamban Kampung bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan terus melakukan upaya penangkapan buaya yang menerkam Devi untuk direlokasi ke Pusat Penangkaran Buaya yang telah disiapkan. 

Pada Rabu (13/5/2020), berhasil ditangkap seekor buaya namun ditengarai bukan yang menerkam Devi. Karena buaya yang tertangkap panjangnya hanya 2 meter. Sedangkan menurut kesaksian teman berenang Devi, buaya yang menerkam Devi itu panjangnya sekitar 4 hingga 5 meter.

Akhirnya ini Kamis (14/5/2020) buaya yang disebut-sebut telah menerkam Devi itu berhasil ditangkap. Namun keberhasilan penangkapan buaya itu memunculkan cerita lucu. Karena ternyata buaya itu ompong alias sudah tidak memiliki gigi sama sekali. "Giginya ompong, tidak ada sama sekali," ujar salah satu warga yang ikut dalam penangkapan.

Itulah yang semakin meyakinkan masyarakat bahwa buaya itulah yang menewaskan Devi beberapa waktu yang lalu. Dimana memang tidak ditemukan bekas luka gigitan di tubuh Devi, namun hanya berupa memar di beberapa bagian kaki dan lengangannya. "Buaya itu mungkin sudah lapar sekali tapi karena giginya ompong, dia tidak bisa makan," ujar warga lainnya dalam bahasa dan logat banjar yang khas. (*)


Laporan: Adi Putra
Editor: Harmegi Amin

comments