SUMENEP, MASALEMBO.COM- Setelah terjadi dualisme selama kepengurusan internal, dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir di tubuh Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Kabupaten Sumenep akhirnya islah.
Kedua kubu yakni kepengurusan DPC GMNI Sumenep pimpinan Alimuddin dan kubu hasil konferensi cabang luar biasa yang dinahkodai oleh Bung Wahid, pada Senin 18 Desember 2023 bersepakat untuk mengakhiri konflik internal.
Islah kedua kubu tersebut, ditandai dengan masuknya kedua pimpinan cabang dalam kepengurusan baru DPC GMNI Sumenep, dimana Alimuddin sebagai ketua dan Bung Wahid sekertaris dengan status karteker sampai penyelesaian status SK baru dari pimpinan pusat.
Menurut Bung Wahid Ketua DPC GMNI versi Konferensi cabang luar biasa mengatakan, jalan persatuan ini harus diambil demi kepentingan organisasi GMNI. Sebab harus diakui dualisme yang selama ini berakibat terhadap melambatnya kerja-kerja organisasi.
Selain itu islah dari dua kubu DPC GMNI Sumenep kata Bung Wahid merupakan perintah ideologis marhaenis, yang mana secara konsepsi setiap kaum marhaenis haruslah mengedepankan persatuan dan kesatuan demi tegaknya ajaran Soekarno dalam setiap perjalanan dialektika organisasi.
"Selama ini kami sebagian kader GMNI Sumenep kebelinger dalam menjalankan dialektika internal organisasi sehingga muncul perpecahan di internal kami, hari ini kami semua menyadari bahwa perpecahan hanya akan menguntungkan musuh kami dalam bergerak yakni sistem Neo Imperialisme dan Neo Kolonialisme," kata Bung Wahid.
Sementara itu, Alimudin Ketua DPC GMNI Sumenep mengatakan, tujuan dari islah dan persatuan ini tidak lain adalah untuk menyatukan kekuatan agar tujuan serta cita-cita organisasi GMNI untuk melaksanakan amanah penderitaan rakyat kaum marhaen Indonesia.
Pihaknya menyadari, jika dialektika internal organisasi terkadang ada yang mengarah pada hal-hal yang positif bagi kami tapi ada juga yang mengarah pada hal hal yang negatif pada organisasi.
"Sehingga mau tidak mau kami harus melakukan evaluasi berdasarkan AD/ART serta PO GMNI terkait dengan internal organisasi secara administrasi organisasi dan Alhamdulillah kawan-kawan bersepakat untuk terus belajar dan berproses di GMNI dengan panduan Ideologi serta AD/ ART GMNI," ujarnya
Ke depan Alimuddin berharap, dualisme yang pernah terjadi dapat menjadi pembelajaran dan pendewasaan setiap kader GMNI. Sehingga peristiwa tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari yang hanya dapat merugikan akselerasi kerja-kerja GMNI secara institusional.
"Semoga Allah SWT Tuhan yang Maha Esa memberi kesabaran dan kekuatan pada kami semua untuk bisa menjalankan amanah Tri Darma perguruan tinggi agar kami bisa terus istiqomah dalam memaksimalkan fungsi kami sebagai pemuda dan mahasiswa," harapnya. (TH)